Senin, 20 Agustus 2012

Ragam Kisah Lebaran di Seluruh Dunia :)


Tepatnya kemarin, umat muslim di seluruh dunia tengah bahagia dan bersuka cita dalam merayakan tibanya hari raya Idul Fitri setelah satu bulan lamanya menjalankan ibadah puasa. 

Pastinya teman-teman pembaca juga turut bahagia ketika lebaran tiba. lebaran adalah berbuka dari ramadhan. dan kegembiraan orang yang berpuasa ada dua, yakni saat berbuka (baik buka puasa dan saat idul fitri) plus saat bertemu dengan Rabb-nya, Allah SWT.
Sudah 22 tahun saya merayakan idul fitri, alhamdulillah. setiap tahunnya pasti ada saja perbedaan dan hikmah di balik perbedaan itu semua. tak hanya adat yang berbeda dari setiap individu. namun kebiasaan berlebaran tiap-tiap bangsa juga berbeda2. So, yuk kita simak bagaimana mereka merayakannya:


Iran
Meski termasuk negara Islam yang cukup besar, perayaan Idul Fitri di negara ini tidak semeriah di Indonesia. Hal ini dikarenakan kaum muslim di Iran kebanyakan pengikut ajaran Syiah, yang lebih memilih Idul Fitri sebagai perayaan personal sehingga kurang semarak.

Setelah selesai menjalankan shalat berjamaah di masjid atau lapangan terbuka, perayaan biasanya dilanjutkan dengan acara silaturahmi keluarga yang diselingi dengan pemberian makanan atau uang dari keluarga kaya untuk masyarakat yang tidak berpunya. 

Suriname
Negara ini bisa dikata memiliki kedekatan psikologis dengan Indonesia karena sebagian penduduk Suriname merupakan keturunan suku Jawa yang dikirim ke negeri itu sebagai kuli kontrak pada masa penjajahan Belanda. 

Tradisi ied mubarok (lebaran) di negara ini bisa dibilang sangat unik karena penetapan hari Lebaran dilakukan berdasarkan perhitungan mereka sendiri dengan menggunakan prajangka atau perhitungan ala primbon Jawa peninggalan nenek moyang sejak ratusan tahun lalu. 

Arab Saudi
Masyarakat di Arab Saudi, memiliki kebiasaan untuk mendekorasi ulang rumah mereka takala Idul Fitri tiba. Selain itu, sejumlah perayaan juga digelar untuk menyambut datangnya hari kemenangan.

Sebagai bentuk tanda syukur, aneka macam hadiah dibagikan, dimana orang yang lebih tua memberikan hadiah kepada mereka yang lebih muda. 

Soal menu Lebaran, umat Islam di sana menyantap daging domba yang dicampur nasi dan sayuran tradisional sehabis menjalankan ibadah salat id di pagi hari. 

Turki
Lebaran di Turki dikenal dengan istilah Bayram, yang ditandai dengan silaturahmi, mengenakan baju baru dan saling mengunjungi selama tiga hari berturut-turut.

Masyarakat Turki juga mengenal tradisi sungkeman, yang dilakukan oleh kalangan muda untuk menghormati orang tua dengan memberikan kecupan ambil mengucap doa lebaran. 

Nigeria
Umat Islam di Nigeria merayakan Idul Fitri dengan sebutan 'Barka da Sallah' yang secara artian sama dengan 'Salam Sejahtera di Hari Raya' untuk saling menyapa diantara kaum muslim.  

Saat perayaan lebaran, Nigeria menetapkan hari raya in sebagai salah satu hari libur nasional selama dua hari berturut-turut yang ditandai dengan banyak keluarga muslim yang pulang ke kampung halaman masing-masing untuk mengunjungi keluarga dan kerabat.

China
Dengan lebih dari satu miliar penduduk, China memiliki 56 suku atau masyarakat etnis yang resmi diakui oleh negara dengan 10 diantaranya menganut ajaran agama Islam.

Kaum muslim di China yang jumlahnya sekitar 48 juta jiwa, merayakan lebaran secara meriah, dimana kaum pria mengenakan jas khas dan kopiah putih, sementara wanita memakai baju hangat dan kerudung setengah tertutup. 

Malaysia
Tradisi merayakan Lebaran di negeri tetangga, bisa dikatakan hampir mirip atau tidak jauh berbeda dari masyarakat Indonesia. Untuik hidangan lebaran, masyarakat Malaysia menyajikan ketupat, lemang, lontong, dan rendang. 

Setelah shalat Id, mereka berziarah ke makam kerabat. Di rumah, anak-anak akan memberikan hormat kepada orangtua. Orang yang sudah dewasa dan berpenghasilan memberikan uang kepada kerabat yang lebih muda.

Australia
Meski negara non-Muslim, umat Islam di Australia mendapat kebebasan untuk menjalankan agama mereka dengan fasilitas libur khusus bagi pegawai beragama Islam untuk mengambil cuti. 

Bahkan, tradisi Idul Fitri di Australia di meriahkan dengan festival multi kultur di kota Sydney yang melibatkan ribuan kaum Muslim dan non-Muslim. 

Afrika Selatan
Setiap tahun orang-orang akan berkumpul di Green Point, Cape Town, untuk menyaksikan datangnya hari terakhir Ramadhan bersama kerabat sambil berbuka puasa. 

Setelah maghrib, biasanya diumumkan tentang datangnya hari raya lebaran dan masyarakat berkesempatan untuk melaksanakan shalat Id yang dilanjutkan dengan berkunjung ke rumah sanak saudara. 

India
Pemeluk islam di India biasanya akan berkumpul di Jama Masjid yang terletak di New Delhi untuk melakukan shalat Id. 

Masjid ini menjadi pusat perayaan Idul Fitri di New Delhi, ibu kota India. Mereka juga menyiapkan hidangan khusus yang disebut dengan siwaiyaan, yakni campuran bihun manis dengan buah kering dan susu. Siwaiyaan hadir dalam beragam bentuk dan warna.

Fiji
Di negara kecil Fiji pun terdapat tradisi serupa. Negara tersebut memang mayoritas non-Muslim. Namun, ada tradisi unik dalam perayaan Idul Fitri.

Hidangan spesial khas Idul Fitri adalah samai, mi manis yang dicampur dengan susu. Samai disajikan bersama samosas, sejenis kari ayam atau daging. Uniknya, hanya kaum pria yang datang ke masjid untuk shalat Id. 

Amerika Serikat
Seperti dikutip dari laman VOA, komunitas masyarakat muslim yang ada di negara ini  menginformasikan datangnya hari raya lebaran melalui sambungan telepon ataupun internet (e-mail). 

Uniknya, karena mayoritas muslim disana merupakan kalangan imigran, maka pakaian yang dikenakan berwarna-warni sesuai dengan negara asalnya. Selesai shalat, dilanjutkan dengan saling mengucapkan Happy Eid atau Eid Mubarak antarsesama jemaah Shalat Id, para kenalan dekat dan kaum kerabat

Rabu, 08 Agustus 2012

Jejak-jejak Islam dan April Mop

Bismillah..

Dulu pas saya smp atau sma, saat bulan ramadhan seperti sekarang ini ramai banget acara TV yang menyajikan jejak-jejak Islam. baik di dalam maupun di luar Indonesia.

Pasti ga asing ya, di telinga masyarakat Indonesia seputar kerajaan samudra pasai atau demak yang nota bene disebut-sebut sebagai salah atu peninggalan sejarah peradaban Islam di Indonesia.bahkan sampai detik ini masjid agung demak di semarang masih kokoh berdiri. pertanyaannya, banggakah kita?

Masjid Agung Demak
Kemarin saya nonton liputan seputar jejak Islam di Spanyol dan saya berpikir ko saya sedih ya. sama sekali tidak bangga. di negerinya Fabregas pernah berdiri gemilang peradaban Islam, dahulu. dan saya sama sekali tidak berbangga hati. ada sebuah bangunan di spanyol, bangunan tersebut sangat indah dan kokoh. dan saat ini bangunan itu menjadi objek wisata karena bangunan tersebut sangatlah indah dan menawan hati para wisatawan. luar biasa! padahal dahulu pada tahun 784 bangunan tersebut merupakan sebuah masjid, Masjid Cordoba namanya. Lengkapnya dapat di-klik di tautan yang saya berikan.

Mezquita de Cordoba

Ironisnya, bangunan indah dan megah tersebut saat ini bukanlah sebuah masjid lagi. melainkan sebuah bangunan gereja. hal tersebut terjadi karena runtuh dan kalahnya Islam pada tahun 1924. kejayaan pun berbalik duka dan masyarakat muslim yang dahulu adalah mayoritas di spanyol, berangsur-angsur sejak 1490an mulai menciut hingga kini menjadi kalangan minoritas yang bermukim lebih banyak di Vilaverde, Spanyol (CMIIW).

Bahkan universitas papan atas di Spanyol saat ini yakni Universitas Cordova, juga merupakan warisan dari peradaban Islam, tepatnya pada masa pemerintahan Abdurrahman Ad-Dakhil (Abdurrahman yang masuk ke Spanyol) yang juga mendirikan Masjid Cordova.

Universitas Cordoba Spanyol

Selain fakta di atas yang membuat saya miris adalah sejarah seputar April mop yang ternyata berkaitan dengan Islam di Spanyol..

Pada awalnya, muslim Spanyol bukan hanya beragama Islam, namun mereka sungguh-sungguh mempraktekkan kehidupan secara Islami sesuai dengan syariat Islam. Mereka tidak hanya membaca Al-Qur'an tapi juga bertingkah laku berdasarkan Al-Qur'an. Mereka selalu berkata tidak untuk musik, bir, pergaulan bebas, dan segala hal yang dilarang Islam. Keadaan tenteram seperti itu berlangsung hampir enam abad lamanya.

Selama itu pula kaum kafir yang masih ada di sekeliling Spanyol tanpa kenal lelah terus berupaya "membersihkan" Islam dari Spanyol, namun mereka selalu gagal. telah beberapa kali dicoba tapi selalu tidak berhasil. Kemudian dikirimlah sejumlah mata-mata untuk mempelajari kelemahan umat Islam di Spanyol. Akhirnya mata-mata itu menemukan cara untuk menaklukkan Islam di Spanyol, yakni pertama-tama harus melemahkan iman mereka dulu dengan jalan serangan pemikiran dan budaya.

Maka mulailah secara diam-diam mereka mengirim alkohol dan rokok secara gratis ke dalam wilayah Spanyol. Musik diperdengarkan untuk membujuk kaum mudanya agar lebih suka bernyanyi dan menari ketimbang baca Qur’an. Mereka juga mengirim sejumlah ulama palsu yang kerjanya meniup-niupkan perpecahan di dalam tubuh umat Islam Spanyol. Lama-kelamaan upaya ini membuahkan hasil.

Akhirnya Spanyol jatuh dan bisa dikuasai pasukan Salib. Penyerangan oleh pasukan salib benar-benar dilakukan dengan kejam tanpa mengenal peri kemanusiaan. Tidak hanya pasukan Islam yang idbantai, juga penduduk sipil, wanita, anak-anak kecil, orang-orang tua, semuanya dihabisi dengan sadis.

Satu persatu daerah di Spanyol jatuh, Granada adalah daerah terakhir yang ditaklukkan. Penduduk-penduduk Islam di Spanyol (juga disebut orang Moor) terpaksa berlindung di dalam rumah untuk menyelamatkan diri. Tentara-tentara Kristen terus mengejar mereka.

Ketika jalan-jalan sudah sepi, tinggal menyisakan ribuan mayat yang bergelimpangan bermandikan genangan darah, tentara Salib mengetahui bahwa banyak Muslim Granada yang masih bersembunyi di rumah-rumah. Dengan lantang tentara Salib itu meneriakkan pengumuman, bahwa para Muslim Granada bisa keluar dari rumah dengan aman dan diperbolehkan berlayar keluar dari Spanyol dengan membawa barang-barang keperluan mereka. “Kapal-kapal yang akan membawa kalian keluar dari Spanyol sudah kami persiapkan di pelabuhan. Kami menjamin keselamatan kalian jika ingin keluar dari Spanyol, setelah ini maka kami tidak lagi memberikan jaminan!” demikian bujuk tentara Salib.

Orang-orang Islam masih curiga dengan tawaran ini. Beberapa dari orang Islam diperbolehkan melihat sendiri kapal-kapal penumpang yang sudah dipersiapkan di pelabuhan. Setelah benar-benar melihat ada kapal yang sudah dipersiapkan, maka Mereka segera bersiap untuk meninggalkan Granada bersama-sama menuju ke kapal-kapal tersebut. Mereka pun bersiap untuk berlayar.

Keesokan harinya, ribuan penduduk Muslim Granada yang keluar dari rumah-rumahnya dengan membawa seluruh barang-barang keperluannya beriringan jalan menuju pelabuhan. Beberapa orang Islam yang tidak mempercayai tentara Salib bertahan dan terus bersembunyi di rumah-rumahnya. Setelah ribuan umat Islam Spanyol berkumpul di pelabuhan, dengan cepat tentara Salib menggeledah rumah-rumah yang Telah ditinggalkan penghuninya. Lidah api terlihat menjilat-jilat angkasa ketika para tentara Salib itu membakari rumah-rumah tersebut bersama orang-orang Islam yang masih bertahan di dalamnya.

Sedang ribuan umat Islam yang tertahan di pelabuhan hanya bisa terpana ketika tentara Salib juga membakari kapal-kapal yang dikatakan akan mengangkut mereka keluar dari Spanyol. Kapal-kapal itu dengan cepat tenggelam. Ribuan umat Islam tidak bisa berbuat apa-apa karena sama sekali tidak bersenjata. Mereka juga kebanyakan terdiri dari para perempuan dan anak-anaknya yang masih kecil-kecil. sedang tentara Salib itu telah mengepung mereka dengan pedang terhunus.

Dengan satu teriakan dari pemimpinnya, ribuan tentara Salib itu segera membantai dan menghabisi umat Islam Spanyol tanpa perasaan belas kasihan. Jerit tangis dan takbir membahana. Dengan buas tentara Salib terus membunuhi warga sipil yang sama sekali tidak berdaya.

Seluruh Muslim Spanyol di pelabuhan itu habis dibunuh dengan kejam. Darah menggenang di mana-mana. Laut yang biru telah berubah menjadi merah kehitam-hitaman. tragedi ini bertepatan dengan tanggal 1 April. Inilah yang kemudian diperingati oleh dunia setiap tanggal 1 April sebagai April Mop (The Aprils Fool Day).


Maka, tentu saat ini sebagai umat terbaik, umat muslim tidaklah selayaknya bangga jika menyaksikan Islam hanya sebagai sejarah. namun utamanya adalah mengembalikan dan merealisasikannya pada waktu kini. Islam adalah rahmat bagi seluruh alam dan kehidupan peradaban manusia di bawah sistem Islam yang paripurna adalah niscaya. mumpung bulan suci, mari terus bergerak dan nabung pahala untuk mempercepat datangnya pertolongan Allah, meraih kejayaan Islam yang niscaya. Allohua'lambishowab

deaulia dari berbagai sumber
cmiiw

Selasa, 07 Agustus 2012

Mezquita de Cordoba, Jejak Islam di Spanyol

Mezquita de Cordoba

Mezquita de Cordoba, atau Masjid Cordoba menjadi salah satu sisa kejayaan Islam pada masa silam di tanah Spanyol. Meskipun bangunannya kini digunakan sebagai katedral, namun arsitektur khas masjid yang megah masih tetap kokoh berdiri.
Masjid ini didirikan pada tahun 784 di bawah pengawasan Emir Abdur ar Rahman I, dan baru selesai dua abad kemudian. Seiring dengan penaklukan Cordoba oleh pasukan Kristen sejak abad ke-13, berdirilah katedral, kapel, dan kamar paduan suara bergaya Baroque di dalamnya.
"gerbang-gerbang raksasa Mezquita de Cordoba "
Yang menjadi daya tarik Mezquita de Cordoba adalah gerbang-gerbang raksasa serta deretan 856 pilar batu jasper, onyx, marmer, serta granit. Pilar-pilar ini konon berasal dari reruntuhan bangunan Romawi yang menjadi asal muasal masjid, yang masuk dalam daftar warisan dunia versi UNESCO pada 1984.
"mihrab berkubah"
Yang tidak boleh dilewatkan dari masjid ini adalah mihrab berkubah dengan mosaik Bizantium yang didirikan oleh Al Hakam II. Dulunya mihrab ini menyimpan salinan Al-Qur'an asli sehingga menjadikannya salah satu situs keagamaan Muslim terbesar.
Saat musim semi, cobalah berkunjung ke halaman luar masjid, yang kini menjadi Katedral Santa Maria Diangkat ke Surga. Semerbak wangi orange blossom berpadu gemericik air mancur menjadi alasan mengapa halaman ini dinamakan Patio de los Naranjos atau Halaman Pohon Jeruk.
"halaman luar masjid"

Dukungan Istri Bagi Dakwah Suami


Dakwah adalah kewajiban bagi setiap Muslim. Kewajiban ini telah diemban oleh generasi awal Islam begitu perintah berdakwah tersebut turun. Para pengemban dakwah pada masa itu adalah orang-orang pilihan yang gagah berani. Mereka juga adalah para suami yang memiliki keluarga dan istiri di sisinya. Oleh karena itu, sungguh menarik mempelajari sepak terjang pendamping (istri) para pejuang Islam kala itu. Sebab, mereka pastilah juga istimewa karena berhasil memberikan dukungan bagi keberhasilan dakwah suaminya.
Di balik ketegaran menahan siksa karena mempertahankan kebenaran, di balik kilatan pedang karena menegakkan panji-panji Islam, dan di balik kebijaksanaan pemimpin yang adil ternyata telah bersanding sosok perempuan (istri) yang tegar menanggung risiko dan rela berkorban bahkan mampu bersikap secara agung bagi keberhasilan dakwah sang suami. Dialah para istiri yang senantiasa memberikan dukungan bagi suaminya (para pejuang Islam). Semua itu telah terhimpun pada diri parashahabiyah agung pada masa-masa awal Islam.
Lantas, bagaimana bentuk konkrit dukungan para shahabiyah bagi dakwah suaminya kala itu? Dapatkah kita mengambil ibrah (pelajaran) bagi peningkatan kualitas dakwah Islam masa kini yang semakin menantang? Tentu, inilah yang menjadi harapan kita.
Berikut beberapa ibrah yang dapat diambil dari bentuk dukungan parashahabiyah terhadap dakwah suaminya.


(1) Ikhlas menerima kewajiban.
Seorang istri tidak akan mampu memberikan dukungan bagi dakwah suami jika ia tidak memiliki pemahaman yang benar tentang dakwah.Inilah yang diyakini oleh Ibunda Khadijah ra. tatkala suaminya Rasulullah Muhammad saw. mendapat tugas mengemban Islam untuk pertama kalinya. Khadijah memang perempuan pertama yang hatinya tersirami keimanan. Khadijah akhirnya tampil mendampingi Rasulullah saw. dengan segenap kepasrahan karena Allah SWT.
Para shahabiyah lain hasil pembinaan Rasulullah saw. pun adalah para istri yang memiliki kekuatan akidah yang luar biasa. Mereka tidak terbiasa menimbang pelaksanaan hukum syariah (seperti kewajiban berdakwah) dengan sesuatu yang bernilai materi. Apapun bentuk kewajibannya, betapa pun berat pelaksanaannya, mereka ikhlas menerima ketentuan dari Allah SWT. Bahkan para shahabiyahyang sebelumnya memusuhi Islam, tatkala telah meyakini Islam, tak terhitung lagi kontribusinya bagi kejayaan Islam, seperti Hindun ra. yang pernah menumpahkan darah paman Nabi, Hamzah ra. Begitu pula keadaan shahabiyah lainnya. Demikianlah karakter dasar parashahabiyah yang memiliki keikhlasan yang tinggi.

(2) Memperkuat pemahaman Islam.
Demi kelancaran dakwah suami, tentu istri dituntut memiliki pemahaman Islam atau tsaqafah Islam yang cukup. Dengan bekal ini sang istri akan dengan mudah membantu tugas suami, terutama dalam mempersiapkan bahan-bahan dakwah. Di sisi lain, perbedaan pemahaman istri dan suami kadang memicu konflik dan problem rumah tangga. Tentu saja hal ini akan menjadi kendala bagi kelancaran dakwah suami.
Kuatnya pemahaman hukum Islam yang berimplikasi pada keterikatan terhadap hukum syariah akan menjamin mudahnya penyelesaian berbagai masalah kerumahtanggaan. Sebab, baik suami maupun istri akan sama-sama mengembalikan semua persoalan pada hukum syariah. Dengan kemudahan ini tentu akan menjadikan langkah suami ringan dalam mengemban dakwah ke luar.
Aisyah ra. istri Rasulullah saw. adalah teladan istri dengan kemampuan tsaqafah dan pemahaman Islam yang senantiasa terjaga. Pada saat Rasulullah saw. meninggal dunia, usia Aisyah baru menginjak 19 tahun setelah sembilan tahun hidup bersama Rasulullah saw. Namun demikian, Aisyah telah memenuhi seluruh penjuru dunia dengan ilmunya. Dalam hal periwayatan hadis, beliau adalah tokoh yang sulit di cari bandingannya. Peran Aisyah ra. ini tentu sangat berpengaruh nyata pada perkembangan dakwah Islam, baik pada masa Rasulullah saw. maupun sesudahnya.

(3) Meringankan beban hidup suami.
Menjadi kepala keluarga sekaligus pengemban dakwah adalah tugas suami yang tidak ringan. Pada kondisi tertentu, suami dihadapkan pada ujian hidup yang tidak ringan. Apalagi dalam kehidupan kapitalis sekular seperti sekarang ini, tak jarang keluarga atau suami diuji dengan sulitnya mencari rezeki, kondisi kesehatan yang kurang prima, atau persoalan pekerjaan dan lain sebagainya. Alangkah indahnya kehidupan rumah tangga yang dibangun oleh istri yang mendukung dakwah suaminya yang sedang kesulitan tersebut. Ia tidak akan merecoki apalagi membebani suami dengan hal-hal yang memberatkan dan di luar kemampuannya sehingga berpengaruh pada pelaksanaan kewajiban dakwahnya.
Apa yang dialami Asma binti Abu Bakar terhadap suaminya Zubair bin Awwam layak menjadi teladan istri pedukung dakwah suami. Asma menuturkan, “Zubair menikahi aku, sedangkan dia tidak memiliki apa-apa kecuali kudanya. Akulah yang mengurusnya dan memberinya makan, dan aku pula yang mengairi pohon kurma, mencari air, dan mengadon air. Aku juga mengusung kurma yang dipotong oleh Rasulullah dari tanahnya Zubair yang aku sunggi di atas kepalaku sejauh dua pertiga farsakh.”
Demikian pula dengan Fathimah binti Rasulullah saw. Sejak hari pertama pernikahannya dengan Ali ra., ia rela mengerjakan sendiri tugas rumah tangganya yang cukup berat. Dia harus menggiling bahan makanan dan membuat adonan roti hingga rambutnya terkena percikan-percikan tepung, kemudian ia memprosesnya dan memasaknya hingga matang. Itu dilakukan karena suaminya yang pejuang Islam itu tidak mampu mengupah pembantu untuk membantu Fathimah dalam menyelesaikan pekerjaan rumah tangga.
Masih banyak lagi dukungan para shahabiyah lainnya bagi sang suami yang tengah mengalami kesulitan hidup.

(4) Sabar menghadapi ujian dakwah.
Ujian adalah tabiat dakwah Islam. Ia bukan saja menjadi ujian bagi suami, namun juga bagi istri. Oleh karena itu, istri yang sabar menghadapi ujian dakwah sebenarnya telah memberikan dukungan bagi dakwah suaminya.
Sumayyah binti Khubath ra. istri Yasir telah tercatat dalam sejarah perjuangan umat Islam pada mulanya. Kekuatan keyakinannya kepada Allah SWT menjadikan hatinya tetap tegar meski sang suami juga mendapatkan siksaan serupa. Ia sabar menanggung ujian dakwah meski harus meregang nyawa.
Demikian pula Ummu Imarah ra. yang tak pernah menyerah memasuki medan jihad baik ketika hidup bersama suaminya yang pertama maupun yang kedua. Itulah risiko hidup bersama pejuang Islam.Namun, ia mampu bersabar sehingga tetap tegar ikut berjuang bersama kaum muslim lain.

(5) Rela berkorban.
Dakwah tentu memerlukan pengorbanan. Apalah jadinya jika istri tidak siap berkorban dan tidak ridha terhadap pengorbanan sang suami, pastilah suami akan terkendala dalam perjalanan dakwahnya.
Inilah yang dicontohkan Ummu Sulaim binti Milhan ra. istri Abu Thalhah. Ummu Sulaim menikah dengan Abu Thalhah, sedangkan maharnya adalah keislaman suaminya. Padahal Abu Thalhah sendiri adalah seorang konglomerat nomor satu dari kabilah Anshar. Ketika ia mengetahui firman Allah SWT dalam surah Ali Imran ayat 92, kontan Abu Thalhah menghadap Rasulullah saw. Ia kemudian berkata, “Sesungguhnya harta yang paling saya cintai adalah tanah perkebunan Bairuha. Saat ini tanah itu saya sedekahkan untuk Allah dengan harapan akan mendapat-kan ganjaran kebaikan dari Allah kelak. Maka pergunakanlah sekehendak Anda, wahai Rasulullah.”
Ummu Sulaim ra. bukanlah istri yang cinta pada harta suaminya.Demi terjaganya Islam pada dirinya ia rela menikah dengan mahar keIslaman suaminya. Demi pelaksanaan tugas dakwah suaminya, ia rela harta suaminya disedekahkan untuk Allah SWT.
Demikian pula pengorbanan istri Abu Bakar ra, yaitu Ummu Ruman ra. yang ditinggalkan suaminya karena menemani Rasulullah saw. berhijrah ke Madinah. Abu Bakar ra. tidak meninggalkan harta bagi keluarganya, karena semua hartanya disedekahkan untuk dakwah Islam. Namun, Ummu Ruman ra. ridha atas pengorbanan suaminya di jalan dakwah itu.

(6) Memberi ketenangan pada suami.
Kesuksesan dakwah tentu tidak bisa dilepaskan dari keyakinan pengembannya. Suami yang yakin akan kemenangan dakwah Islam menjadikannya optimis dan bersemangat pantang menyerah walaupun tantangan yang dihadapi begitu berat. Alangkah mulianya istri yang mampu berperan memberikan ketenangan dan motivasi yang kuat kepada suaminya dalam menghadapi beban berat dakwah.Sungguh, para shahabiyah mulia juga telah melakukan semua itu.
Khadijah ra. adalah pendamping hidup Rasulullah saw. yang terpilih menjadi saksi beratnya dakwah pada masa awal Islam. Ia memandang dengan penuh optimis ketika suaminya memilih ber-‘uzlah di Gua Hira’ sekian lamanya, tanpa banyak bicara, apalagi protes. Ia mendukung suaminya, tanpa banyak merecoki beliau dengan banyak pertanyaan, apalagi permintaan. Justru dia sediakan setiap kebutuhan beliau dan dia kirimkan kepada beliau lewat utusan dengan sebaik-baiknya. Wajahnya juga senantiasa membiaskan keceriaan, bibirnya meluncur kata-kata jujur. Setiap kegundahan yang Rasulullah lontarkan atas perlakuan orang-orang Quraisy selalu ia dengar dengan penuh perhatian. Kemudian ia memotivasi dan rnenguatkan hati Nabi saw. Khadijah juga turut menanggung kesulitan dan kesedihan yang dialami Rasulullah saw. Ia hanya berkata-kata yang mampu menjadi penyejuk dan penawar hati suaminya. Akhirnya, Rasulullah saw. pun menapaki jalan dakwah Islam dengan penuh optimis dan mengharapkan pertolongan Allah SWT.

(7) Pandai membaca kondisi suami.
Hiruk-pikuk pelaksanaan kewajiban dakwah kadang membawa beban psikologis yang tidak ringan bagi suami. Tekanan dan makar sistem kufur di masyarakat tidak begitu saja hilang dalam benak, meski suami berada di rumah dan tengah-tengah keluarga. Dalam situasi seperti ini, istri pendukung dakwah suami harus pandai melihat kondisi dan mampu berkomunikasi secara baik dengan suami. Diharapkan dengan dukungan tersebut, beban berat suami dapat terkurangi.
Ummu Sulaim ra. istri Abu Thalhah sangat mengetahui bagaimana berkomunikasi yang baik dengan suaminya. Saat putra tercintanya dipanggil Allah SWT, ia mampu menjaga emosinya sehingga tetap dapat melaksanakan kewajiban kepada suaminya yang baru datang dari bepergian. Hingga ketika telah diyakinkan bahwa suaminya akan rela menerima musibah tersebut, Ummu Sulaim baru menceritakan perihal kematian putra kesayangan Abu Thalhah tersebut.

(8) Pendukung langsung dakwah suami.
Keberadaan suami sebagai aktivis dakwah tidak menghilangkan kewajiban istri untuk mengemban dakwah. Sebab, dakwah memang kewajiban setiap Muslim baik laki-laki maupun perempuan (QS at-Taubah [9]: 71). Peran serta aktif para shahibiyat dalam medan pertempu-ran menunjukkan bahwa mereka tidak berpangku tangan di balik keaktifan suami. Mereka pun senantiasa berada di garda terdepan dalam perjuangan. Teladan yang sangat tepat dalam semangat juang dan pengorbanan adalah apa yang dilakukan oleh Ummu Imarah ra.dalam berbagai peperangan. Beliau mengerahkan berbagai potensi yang dimiliki demi kemenangan Islam.

Penutup
Semoga kita diberi kekuatan untuk memberikan dukungan sepenuhnya bagi suami dalam rangka melaksanakan kewajiban agung menegakkan sistem Islam. Sungguh, kesuksesan mereka sebagiannya terletak di tangan kita, para isteri. Oleh karena itu, janganlah kita menjadi penghambat datangnyanashrullah. Mari kita cerdaskan diri agar menjadi istri shalihah pendukung dakwah suami sebagaimana para shahabiyah dulu. Semoga! [Noor Afeefa]